Di depan para peserta Indonesia Future Leaders Forum di Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbicara soal kepemimpinan. Bukan hanya kepemimpinan dalam arti teoritis yang disampaikan Presiden, tetapi juga praktik keseharian yang ia jalankan sepanjang tujuh tahun pemerintahannya Presiden mengakui bahwa kepemimpinan yang ia jalankan bukan gaya kepemimpinan yang bisa dipakai oleh pemimpin yang lain. Setiap pemimpin pasti memiliki gaya kepemimpinannya sendiri dan itu sangat tergantung dari situasi dan tantangan yang dihadapi.
Gaya kepemimpinan yang ia jalankan sekarang, menurut Presiden merupakan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan era demokrasi. Presiden bahkan menegaskan, kalau dirinya cenderung untuk mengalah, cenderung memilih melakukan berkompromi dan membuat konsensus, karena ia tidak ingin kepemimpinan yang dijalankan menjadi otoriter.
Penjelasan SBY itu merupakan jawaban atas pertanyaan banyak pihak yang menilai Presiden sering ragu-ragu. Banyak pihak-yang diakui Presiden sendiri-sering akhirnya merasa gemas, karena banyak keputusan yang lamban untuk diambil.
Dengan penjelasan itu, maka kita tidak usah lagi terlalu berharap bahwa akan ada yang berubah dari Presiden. Dalam tiga tahun pemerintahannya ke depan kita harus menerima kenyataan bahwa segala kebijakan akan diambil dengan pertimbangan yang sangat hati-hati dan kelirulah kita jika berharap akan ada keputusan yang diambil secara cepat.
Dengan gaya kepemimpinan seperti itu tidak usah heran apabila kebijakan yang bersifat teknis pun sekarang ini begitu lamban dilakukan kementerian. Kalau Presiden ingin tahu secara detil dan bahkan terlibat secara langsung, wajar apabila proses pengambilan keputusan menjadi lebih panjang.
Dalam manajemen modern yang mengutamakan kecepatan, memang gaya kepemimpinan ini bisa jadi sangat tidak cocok. Apalagi jika pendelegasian kewenangan tidak dipahami sebagai sesuatu yang penting dilakukan. Namun itulah gaya kepemimpinan SBY, yang mau tidak mau kita terima karena kita sudah memberikan kepercayaan kepada dirinya.
Memang kita menjadi agak rancu ketika Presiden menyampaikan pentingnya pemimpin untuk membangun tim. Kerja tim hanya bisa berjalan dengan baik apabila ada kepercayaan satu dengan yang lain. Pendelegasian wewenang kepada menteri untuk menangani persoalan teknis merupakan cerminan dari kepercayaan dan kemauan untuk membangun kerja tim.
Sehebat apa pun orang itu, tidaklah mungkin ia bisa mengerjakan semuanya. Selain keterbatasan secara fisik, kita tidak mungkin menghindar dari perjalanan waktu. Kita harus menerima kenyataan bahwa satu hari itu hanya 24 jam dan mustahil dalam keterbatasan waktu kita lalu ingin menangani semua persoalan.
Oleh karena itulah tantangan seorang pemimpin adalah bagaimana memberdayakan seluruh kekuatan di dalam tim. Kita harus membangun sebuah sistem dan nilai yang memungkinkan orang yang bekerja bersama kita bekerja berdasarkan aturan yang kita tetapkan itu.
Pemimpin pada akhirnya adalah sosok orang yang mampu meyakinkan orang lain untuk melakukan hal yang belum tentu ia sukai. Namun dengan kemampuan untuk menjelaskan tujuan yang akan dicapai apabila kita melakukan itu, orang akan bisa dipengaruhi untuk mau melaksanakan apa yang diinginkan seorang pemimpin.
Pada akhirnya kepemimpinan tidak cukup hanya memuaskan sang pemimpin saja. Kepemimpinan harus bisa menghasilkan. Kepemimpinan harus mencapai tujuan besar yang hasilnya bisa dirasakan oleh semu pihak. Kepemimpinan pada sebuah negara harus bisa memuaskan seluruh rakyat.
Presiden SBY menyadari bahwa masyarakat sangat mendambakan hasil yang bisa segera dirasakan. Namun sebuah kebijakan tidak bisa segera dirasakan hasilnya. Yang bisa segera dirasakan hasilnya adalah adalah kemajuan dari langkah kebijakan yang dikeluarkan.
Untuk itulah kepemimpinan pada sebuah pemerintahan dan juga perusahaan tidak bisa hanya bertumpu pada orientasi jangka panjang. Kepentingan jangka pendek harus juga menjadi perhatian. Bahkan harus ada yang cepet dirasakan agar masyarakat tidak kemudian menjadi frustasi.
Untuk itulah dalam ilmu ekonomi dikenal apa yang dikatakan sebagai quick fix. Sebab, pada jangka panjang bisa-bisa semuanya sudah tidah berdaya, in the long run we all dead.[1]
I. SBY DALAM TIPE MILITERISTIK
Pertama saya mengaitkan bahwa SBY bergaya pemimpin yang bertipe militeristik. Hal ini disebabkan karena yang mempengaruhi corak kepemimpinan seseorang bisa berupa pendidikan dan pengalaman. Dari segi pendidikan dan pengalaman inilah yang mengindikasikan bahwa SBY memiliki gaya militeristik karena SBY merupakan lulusan AKABRI terbaik dan mengabdi sebagai perwira TNI selama 27 tahun, serta meraih pangkat Jendral TNI tahun 2000. Meskipun cukup lama di dunia militer, SBY juga berkembang dalam pendidikan sipil seperti memperoleh Master in Management dari Webster University, Amerika Serikat tahun 1991. Lanjutan studinya berlangsung di Institut Pertanian Bogor, dan di2004 meraih Doktor Ekonomi Pertanian. Pada 2005, beliau memperoleh anugerah dua Doctor Honoris Causa, masing-masing dari almamaternya Webster University untuk ilmu hukum, dan dari Thammasat University di Thailand ilmu politik. Serta SBY dikenal aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil. Beliau pernah menjabat sebagai Co-Chairman of the Governing Board of the Partnership for the Governance Reform, suatu upaya bersama Indonesia dan organisasi-organisasi internasional untuk meningkatkan tata kepemerintahan di Indonesia.
Meskipun SBY telah lama menyesuaikan diri dengan kepemimpinan sipil yang egaliter dan demokratis tetapi budaya militer sebagai dasar pembentukan karakter kepemimpinan SBY tidak bisa hilang begitu saja. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa contoh kasus gaya kepemimpinan militeristik SBY yang masih melekat, seperti beberapa kali memarahi menterinya didepan umum, memarahi para bupati dan walikota seluruh Indonesia yang tidur “takalok ” ketika SBY sedang berpidato. Selain itu gaya militeristik SBY tergambar dari tindakan-tindakannya SBY dalam pelaksanaan administrai negara yang formalitas dan kaku. Ini merupakan salah satu karakteristik dari gaya kepemimpinan militeriktik yaitu segala sesuatu bersifat formal. Terlihat dari pelaksanaan pemerintahan SBY yang berjalan dengan prinsip bahwa segala sesuatunya sesuai dengan peraturan artinya setiap pikiran baru harus bersabar untuk menunggu sampai peraturannya berubah dulu, terobosan menjadi barang langka.
II. SBY DALAM TIPE KARISMATIK
Karisma adalah hal yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Semua pemimpin sebenarnya dengan gampang bisa mempunyai karisma, tergantung caranya memimpin. Buat saya, Pak SBY adalah orang yang berkarisma. Kharismanya bukan hanya tebar pesona atau main yoyo tapi benar-benar diperhitungkan matang.
Terus terang belum ada pemimpin yang berkarisma seperti pak SBY pada saat ini. Dibandingkan dengan calon-calon presiden yang akan datang, Karisma Pak SBY masih di atas mereka. Pak SBY jelas memiliki kharisma yang berkarakter. Karakter seorang pemimpin masa depan yang mampu memimpin rakyatnya dengan baik[2].
Karisma beliau bukan hanya tebar pesona seperti apa yang pernah disampaikan lawan politiknya. Karisma yang ada dalam diri beliau adalah karisma yang telah menyatu karena memiliki kepribadian yang unggul. Unggul dalam segala bidang. Baik bidang ideologi, politik, ekonomi, budaya, sosial, ataupun pendidikan.
III. SBY DALAM TIPE DEMOKRATIS
Menurut saya, kepemimpinan SBY juga masuk dalam tipe demokratik mungkin disebabkan karena tuntutan reformasi, situasi dan kondisi saat ini yang semakin liberal. Dimana tipe pemimpin dengan gaya ini dalam mengambil keputusan selalu mengajak beberapa perwakilan bawahan, namun keputusan tetap berada di tangannya. Selain itu pemimpin yang demokratis berusaha mendengar berbagai pendapat, menghimpun dan menganalisa pendapat-pendapat tersebut untuk kemudian mengambil keputusan yang tepat. Tidak jarang hal ini menimbulkan persepsi bahwa SBY seorang yang lambat dalam mengambil keputusan dan tidak jarang mengurangi tingkat determinasi dalam mengambil keputusan. Pemimpin ini kadang tidak kokoh ketika melaksanakan keputusan karena ia kadang goyah memperoleh begitu banyak masukan dalam proses implementasi kebijakan.[3]
Secara teoritis pemimpin tipe ini bisa menerima kritik, kritik dibalas pula dengan kontra kritik. Bukan menjadi rahasia lagi bila seringkali kita melihat dan mendengar bagaimana SBY melakukan kontra kritik terhadap orang-orang yang mengkritiknya. SBY percaya bahwa kebenaran hanya bisa diperoleh dari wacana publik yang melibatkan sebanyak mungkin elemen masyarakat. Selain itu tipe pemimpin ini dalam mengambil keputusan berorientasi pada orang, apresiasi tinggi pada staf dan sumbangan pemikiran dari manapun.[4]
Kesimpulannya adalah bahwa setiap pemimpin tentu mengharapkan sesuatu yang terbaik untuk masyarakat, bangsa dan negaranya. Begitupun dengan SBY yang mempunyai tipe kepemimpinan yang lebih dari satu dan tidak hanya seperti yang sudah saya jelaskan diatas tetapi lebih dari itu, seperti tipe sopportif, partisifatif, instrumental dan yang lainnya, kesemuanya itu disesuaikan dengan situsi, dan perkembangan zaman yang ada. Intinya setiap pemimpin selalu mengharapkan agar wilayah yang dipimpinnya tersebut dapat tercipta suasana yang aman, tentram dan damai sesuai dengan tujuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Suryopratomo. Itulah Gaya Kepemimpinan SBY. http://metrotvnews.com/read/tajuk/2011/06/09/788/Itulah-Gaya-Kepemimpinan-SBY/tajuk Kamis, 9 Juni 2011. di akses 29 april 2012
Djohar, Hendra Andrianto, ”Perbedaan Tipe Kepemimpinan Antara SBY, JK,dan Boediono Dalam Proses Pengambilan Keputusan,“ ,http://www.scribd.com/doc/24364039/Analisa-Politik?autodown=doc.Muhtadi, Burhanudin,”Political Show Ala SBY”,
Mustain,Akhmad,SBY Harus Ubah Gaya Kepemimpinan. http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=104668
_______.Analisis gaya kepemimpinan SBY. http://hasanthardiant.wordpress.com/2012/04/16/analisa-tipe-kepemimpinan-sby/
______Dari Pacitan ke Istana Kepresidenan http://sbypresidenku.com.
[1] Suryopratomo. Itulah Gaya Kepemimpinan SBY.http://metrotvnews.com /read/tajuk /2011/06/09/788/Itulah-Gaya-Kepemimpinan- SBY/tajuk Kamis, 9 Juni 2011. di akses 29 april 2012
[2] Djohar, Hendra Andrianto, ”Perbedaan Tipe Kepemimpinan Antara SBY, JK,dan Boediono Dalam Proses Pengambilan Keputusan,“,http://www.scribd.com/doc/24364039/Analisa-Politik?autodown=doc.Muhtadi, Burhanudin,”Political Show Ala SBY”,
[3]Mustain,Akhmad, SBY Harus Ubah Gaya Kepemimpinan. http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=104668
[4]Analisis gaya kepemimpinan SBY. http://hasanthardiant.wordpress.com/2012/04/16/analisa-tipe-kepemimpinan-sby/
terima kasih , blog anda membantu tugas saya
BalasHapus