Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Pelestarian adat. Peran remaja yang terlupakan


Regenerasi yang gagal. Itulah kendala yang akan kita hadapi bila memang ingin melestarikan adat dan budaya kuantan singingi ini.

Bahkan dengan hadirnya mata diklat "seni budaya" sebagai salah satu muatan lokal dalam kurikulum pendidikan di sekolah sekolah dinilai kurang berhasil. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya remaja kita yang bingung bila ditanya tentang adat dan budaya, tak terkecuali saya. Bahkan ada diantara remaja kita yang tidak tau dan tidak mau tau mereka terlahir dalam suku apa, siapa penghulu adat nya, ninik mamak nya, kemenakan nya, dunsanak-dunsanak nya, bako nya, juga yang akan "dikatoan" bila menikah nanti. Mereka juga tidak mengerti dengan pitata dan pantun-pantun yang sering diucapkan pada acara-acara adat.

Dimata remaja kita, adat dan budaya ini tak lebih dari sebuah lelucon, buah bibir orang tua-tua dulu dan di anggap hal yang tak penting, kuno dan ketinggalan jaman. "Bukankah lebih asik mengetahui dan mempelajari sesuatu yang lebih moderen dengan gaya kebarat-baratan yang lebih keren dan gaul,,?" begitulah jawaban remaja tentang masalah adat.

Mungkin benar sekarang masih banyak yang mengerti adat di kuansing ini, tapi bukan dari kalangan remaja yang harusnya menjadi calon-calon pemimpin masa depan dan orang yang nantinya bertanggung jawab atas keberlansungan adat dan budaya di kuansing ini. Sebagai putra kuansing yang berdomisili di negrinya sendiri, saya sangat prihatin dengan kondisi ini. Lantas apa jadinya bila generasi muda kita tidak berpengetahuan tentang adat istiadatnya sendiri,? Seperti apa negeri kita ini 50 tahun kedepan,?

Salah satu contoh nya saja; RARAK atau CALEMPONG, alat musik tradisional kita yang identik dengan pacu jalur dan acara-acara adat lain nya ini siapa yang bisa memainkannya,? Remajakah,? Kaula mudakah,? Atau,,,- generasi muda "50 tahun silam",? Lalu siapa yang akan memainkan alat musik ini 20 tahun kedepan,?

Saya rasa percuma saja kita bicara masalah pelestarian adat bila tidak melibatkan remaja dan secara lansung.

Mungkin akan lebih baik bila diadakan penerangan tentang adat istiadat ini kepada remaja, atau kalau perlu mendirikan suatu organisasi remaja peduli adat kuansing. Hal yang tak mampu saya lakukan, tapi saya yakin mampu dilakukan oleh abang-abang sekalian...

Sungai kuantan, Penambang emas liar dan kesedihannya.

Hai kuantanese,,! Pernahkah kuantanese berpikir tentang sungai kuantan yang melintasi kabupaten kuantan-singingi kita ini keadaan nya ratusan tahun lalu seperti apa,? Mungkin tak ada yang berpikir hingga sejauh itu, bahkan ada yang tak mau ambil pusing dengan hal ini sama sekali bukan,? Anehnya pertanyaan seperti itu bergelantungan di pikiran saya hingga membuat saya tak bisa tidur pada suatu malam.

Dalam pikiran saya, sungai kuantan yang kita banggakan ini ratusan atau mungkin masih puluhan tahun silam keadaannya jauh lebih baik daripada saat ini. Air yang sekarang kuning keruh dan kotor, bisa jadi pada masa nya dulu adalah air yang jernih, bersih, segar, yang merupakan penyejuk dan pelepas dahaga yang tak ternilai harganya bagi ribuan bahkan jutaan makhluk yang memanfaatkan dan membutuhkan air nya. Orang orang yang tinggal di pinggiran sungai yang menggantungkan mata pencaharian dan kehidupannya di sungai ini hidup sejahtera berkat hasil dari sungai nan elok dan indah itu melimpah ruah. Yah,,,, meskipun ini hanya imajinasi saya semata, tapi setidaknya bisa menjadi tolak ukur dalam notes ini.

Kuantanese,, jangan mengaku orang kuantan bila tidak mengetahui seburuk apa keadaan sungai kuantan yang menjadi icon dan identitas diri kita ini sekarang. Sungai kuantan yang kita banggakan ini tak lebih dari sebuah aliran air yang menyedihkan, kotor, keruh, dan menjijikan, bahkan, jangankan untuk di konsumsi, untuk MCK saja sudah bisa dikatakan tidak layak lagi. Mandi sambil berenang renang kehulu dan berakit rakit ketepian yang dulu menyenangkan sekarang menjadi hal yang menakutkan karna dapat membuat badan gatal-gatal dan alergi. Ditambah lagi dengan "datuak di aiar" yang mulai sering menampakan diri ke permukaan lantaran merasa keberadaanya terganggu menimbulkan suasana yang kian mencekam. Nah bagaimana perasaan kuantanese sekarang? Masih bangga dengan sungai kuantan yang telah tercemar ini,?

Salah satu alasanya: PENAMBANGAN EMAS DAN PASIR LIAR yang bawel dan tak mampu dihentikan pemerintah. Seolah olah pemerintah hanya memandang sebelah mata akan pencurian aset negara terbesar yang tersimpan di dasar sungai kuantan yang katanya dilindungi undang undang ini. Tak terlihat sedikitpun hasil kerja aparat penegak hukum di sana. Buktinya, perahu atau kapal dengan mesin penyedot yang menggunakan sentrifugal berdiameter diatas 12 inchi masih dapat kita jumpai dengan mudah di sepanjang sungai kuantan, terutama di kecamatan hulu kuantan dan kuantan mudik. Apakah dengan ini kinerja pemerintah dan aparat penegak hukum tidak pantas untuk di pertanyakan,? Ataukah ada oknum oknum tertentu yang bermain di belakang panggung hingga "pesta kembang api" ini tak tersentuh hukum,?

Meskipun begitu kita tidak dapat menyalahkan pemerintah dan aparat sepenuhnya. Bagaimana pun juga kuantan adalah milik kuantanese (orang kuantan) sepenuhnya. Yang seharusnya menjaga, memelihara, dan bertanggung jawab sepenuhnya adalah kita orang kuantan, bukanya menunggu hingga datang orang lain untuk memperbaiki "serambi rumah kita" ini.

Lihatlah kuantanese,,! Apa keadaan air yang semakin memprihatinkan dan erosi serta longsor yang mengikis tepian mandi kita ini tidak mengganggu,? Bunyi mesin mesin "pencuri" yang kian hari semakin memekakkan gendang telinga ini belum membuat kita merasa risih,? Akankah kita hanya berdiam diri saja menyaksikan orang orang yang tak bertanggung jawab ini menghancurkan "identitas diri" yang kita gadang-gadangkan,? Lantas apa yang akan kita lakukan,? Pantaskah kabupaten ini bernama "KUANTAN singingi" bila pemerintahnya tak mampu mengobati penyakit yang menggerogoti kuantan dan singingi ini,?

Renungkanlah wahai kuantanese sekalian, cobalah luangkan waktu sejenak untuk memikirkan nasib sungai kuantan ini kedepanya seperti apa. Apakah kita tidak malu mempertontonkan kekotoran dan kerusakan sungai kuantan pada iven pacu-jalur, parahu-baganduang dan acara acara lain yang diadakan di sungai kuantan yang disaksikan jutaan pasang mata dari dalam dan luar daerah?? Ingatlah bahwa, KEBUDAYAAN INI KERUH SEIRING KERUHNYA AIR SUNGAI KUANTAN. Dan KUANTAN ADALAH INTI KEBUDAYAAN KITA,.

Adakah yang mampu menghargai notes ini sebagai bukti kecintaanya akan sungai kuantan.?? Semoga saja begitu.

Top