Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5



Pacu jalur adalah sebuah tradisi yang telah mengakar  di seputaran rantau kuantan atau di kabupaten kuantan singingi pada umumnya. Jalur yang dipacukan di sungai batang kuantan ini adalah sejenis perahu yang berukuran besar yang bisa menampung lebih kurang enampuluh orang, terbuat dari kayu besar yang didapat dari hutan, panjang jalur yang mencapai hingga lima puluh meter lebih dengan lebar pada bagian tengahnya lebih kurang satu meter dan pada bagian ekor ada ukiran dari kayu setinggi orang dewasa. Sepanjang jalur pun dicat dengan motif warna-warni. Jalur benar-benar memiliki nilai estetika yang sangat tinggi.

Selain nilai seni yang tinggi, pacu jalur kuantan singing ini tentu saja mengandung nilai budaya yang sangat luhur dari masyarakat rantau kuantan yang mencerminkan etika musyawarah dan gotong royong yang mengakar pada masyarakat rantau kuantan dan kabupaten kuantan singing pada umumnya. 

Melihat dari historical background atau latar belakangsejarahnya, pacu jalur ini sudah dimulai sejak lebih kurang satu abad yang lalu. Sebelumnya jalur adalah sebagai alat transportasi air oleh masyarakat rantau kuantan. Namun jalur tetap saja jalur, baik dipacukan atau tidak.

Proses pembuatan jalur bukanlah perkara mudah. Ini yang saya ingin pelajari sejak lama. Dan saya juga ingin masyarakat rantau kuantan bahkan Indonesia pada umumnya menyadari akan hal ini.

Sebelum masyarakat mulai membuat jalur, maka tentu saja dimulai dengan musyawarah terlebih dahulu. Tidak pernah terjadi voting dalam pencarian kayu untuk pembuatan jalur ke hutan, waktu penebangan kayu, “maelo jaluar” atau membawa kayu yang sudah mulai berbentu jalur dari hutan ke kampong atau banjar, proses pembentukan jalur dari kayu bulat menjadi jalur, “mandiang jaluar” atau memanaskan jalur yang sudah jadi diatas api unggun, pengecatan atau pe-motifan jalur, jalur “turun mandi” atau penurunan jalur dari kampong ke sungai batang kuantan, latihan pacu, penentuan anak pacuan yang akan menjadi atlit pemacu jalur tersebut, sampai pacu jalur yang terkenal itu diselenggarakan tidak pernah ditentukan jadwalnya dengan voting, tapi dengan musyawarah untuk
mencapai mufakat berdasarkan hikmat kebijaksanaan atau keilmuan yang memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang oleh penduduk sekitar disebut “mampokat”

Ini menggambarkan bahwa masyarakat rantau kuantan adalah masyarakat yang memiliki semangat musyawarah yang tinggi. Tentu saja musyawarah ini juga dilakukan dalam pembangunan strategi dan pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan dan tujuan khalayak seperti “mampokat barolek” atau musyawarah untuk menentukan segala macam hal sebelum dilansungkan sebuah pernikahan), mampokat banjahq/mampokat banjar atau musyawarah setingkat desa, dalam beradat-istiadat hingga ke semua aspek kehidupan masyarakat rantau kuantan selalu dibangun dengan jiwa musyawarah karena musyawarah dalam “pacu jalur” adalah cerminan moral dan etika masyarakat rantau kuantan.

Inilah yang harus kita pertahankan. Karena musyawarah untuk mencapai mufakat dengan   pengambilan keputusan berdasarkan hikmat kebijaksanaan atau berdasarkan ilmu jauh lebih baik dari pada proses pengambilan keputusan dengan suara terbanyak yang berdasar atas keberuntungan belaka atau lebih tepatnya “berjudi nasib” seperti demokrasi yang kita kenal sekarang ini.

Pacu jalur ini juga membuktikan kepada kita bahwa masyarakat rantau kuantan dahulunya jauh lebih cerdas daripada orang barat atau Eropa yang hanya bisa membangun system seperti Demokrasi dengan suara terbanyak yang berdasar atas keberuntungan belaka, sedangkan masyarakat rantau kuantan mampu membangun sebuah system musyawarah dengan kebulatan suara atau mufakat bersama yang berdasar atas keilmuan atau hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

Disamping nilai musyawarah yang merupakan mode required by nation (modern) of Indonesia atau formula yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia ini, pacu jalur juga mengandung nilai gotong royong yang sangat kental. 

Kegotong-royongan dapat mudah dilihat sepintas laluoleh siapa saja yang menyaksikan pacu jalur. Dalam berpacu setiap anak pacu harus sama-sama mendayung didalam jalur. Kita bisa lihat indahnya keserentakan yang dilakukan oleh anak pacuan ketika pendayung naik dan turun, semua serentak tanpa ada yang timpang atau berbeda. Sebuah gambaran kekompakan, kerjasama dan kegotong royongan yang sangat luar biasa.

Namun bila kita melihat sejarah terbuatnya suatu jalur, kita akan semakin tau seperti apa kegotong-royongan yang dibangun oleh masyarakat rantau kuantan, seperti pada saat mencari kayu jalur, maelo jaluar, mandiang jaluar, turun mandi jaluar hingga pada saat pacu jalur semuanya dibangun dengan azas kegotong-royongan, bukan individualisme atau perseorangan. Bila kegotong-royongan tidak ada, maka alamat jalur tak kan tercipta.

Dengan pacu jalur akan meningkatkan silaturrahmi diantara masyarakat rantau kuantan, baik anak pacuan yang saling berlomba, maupun masyarakat yang menonton yang saling bertemu untuk mendukung jagoannya agar menang. Namun tetap saja yang menentukan kemenangan adalah jalur yang berpacu, bukan dengan teriakan suara pendukung yang terbanyak seperti pemilu yang kita kenal sekarang ini.

Pacu jalur juga melahirkan semangat sportifitas bagi masyarakat rantau kuantan, terutama bagi anak pacuan karena ketika ternyata jalur yang mereka pacukan kalah, mereka bisa menerima dengan lapang dada dan dengan alas an yang saya piker sangat tepat yaitu kemenangan lawan membuktikan bahwa mereka lebih laju atau lebih cepat dalam berpacu dan lebih pantas untuk menang. Kalaupun terjadi pertikaian setelah berpacu, biasanya dipicu oleh kesalahan segelintir oknum bukan system dengan kemenangan berada ditangan yang pantas.

Pacu jalur yang diadakan di sungai batang kuantan ini tentu saja mengingatkan kita akan lingkungan yang mendukung pacu jalur itu sendiri seperti sungai kuantan yang merupakan lingkungan pokok dalam pacu jalur. Maka pacu jalur mengingatkan kita agar selalu menjaga kebersihan sungai, dalam hal ini sungai kuantan. Selain itu lingkungan hutan yang menjadi sumber dari semua jalur juga harus dijaga dari illegal-logging dan pengrusakan hutan lainnya karena jika kayu-kayu besar dihutan habis dibabat oleh keserakahan seperti illegal-logging maka membuat jalur mau pakai apa? Inilah hal yang tersirat dari pacu jalur kuantan singing ini.

Dengan begitu jelaslah oleh kita bahwa pacu jalur adalah nilai budaya yang menciptakan hukum atau nilai aturan dasar seperti menetapkan musyawarah sebagai metoda pengambilan keputusan atau nilai politik, senantiasa bergotong royong dan bersilaturrahmi dan sportifitas yang tinggi sebagai nilai social, pembuatan jalur yang sangat bermanfaat bagi masyarakat atau nilai ekonomi sosialis ala Indonesia-dalam hal ini masyarakat rantau kuantan, dan selalu menjaga lingkungan baik sungai-hutan-atau lainnya yang disebut juga nilai lingkungan. Enam wahana nilai yang sangat dibutuhkan dalam menciptakan sebuah pormula yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia (modern of Indonesia) dan masyarakat rantau kuantan yang merupakan bagian dari bangsa Indonesia itu sendiri, maupun masyarakat dunia internasional.

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top