Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

PENDAHULUAN

Modernisasi menunjukkan kepada satu tipe perubahan sosial yang berasal dari revolusi industri di Inggris (1760-1830) dan dari revolusi politik di Perancis (1789-1794). Ditinjau dari sudut pandangan masyarakat industri di Barat, orang dapat membuat daftar ciri-ciri satu masyarakat yang modern, tetapi tidaklah mutlak diperlukan bagi modernisasi. Proses modernisasi tidaklah seragam atau universal, oleh karena dobrakan ekonomi dan politik yang terjadi di Inggris dan Perancis pada akhir abad kedelapan belas telah menempatkan setiap Negara lainya di dunia pada kedudukan yang relatif terbelakang. Dalam perspektif ini, perubahan berlangsung lambat, berangsur-angsur dan terus-menerus serta merupakan sesuatu yang perlu perencanaan dan pemikiran bagi masyarakat yang sedang berubah.

Setiap struktur sosial mempunyai corak diferensiasi dalam (internal differentiation) dan suasana luar (external setting), perubahan dalam satu sektor tidak dapat terjadi tanpa menimbulkan reperkusi di sektor lainnya, dan ini mempunyai relevansi yang khusus dalam studi tentang modernisasi. Struktur social adalah suatu tatanan hierarki dari hubungan-hubungan social dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas) di dalam posisi social tertentu bedasarkan suatu system nilai dan norma yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu (Salim, 2002). Struktur social pada dasarnya tidak sekedar perubahan struktur, melainkan terjadi perubahan kemasyarakatan (social change). Dalam struktur sosial dikenal status dan peran (Sunarto,2004).

Perubahan yang terjadi mencakup perubahan struktur ekonomi, perubahan struktur sosial, perubahan struktur ideologi, perubahan struktur kultural/ struktur ideologi yang merupakan refleksi dari dua struktur sebelumnya yang berjalan lambat.Karena bangunan ideologi selalu berada di atas, tergantung pada dinamika yang bersifat struktural yang digerakkan oleh unsur ekonomi yang bersifat materialistis. Setiap stuktur sosial memiliki ciri-ciri kekal yang bisa membantu atau menghambat modernisasi masyarakatnya.

Dengan memperhatikan hal tersebut perlu ditelaah lebih lanjut mengenai masalah modernisasi. Sejauh manakah peran komunikasi dalam modernisasi ?

PENGERTIAN MODERNISASI

Menurut Weiner dalam Sayogyo (1985) mengatakan bahwa para ahli eko-nomi memandang modernisasi terutama dalam pengertian “penerapan tehno-logi” oleh manusia untuk menguasai sumber-sumber alam demi mencip-takan peningkatan nyata dalam pertumbuhan hasil penduduk perkapita. Para ahli sosiologi dan antropologi sosial terutama berurusan dengan “proses diffe-rensiasi” yang menandai semua masyarakat modern. Dalam hal ini mereka mengamati bermacam-macam differensiasi yang terjadi di tengah-tengah pel-bagai tatanan/struktur masyarakat, begitu pekerjaan baru muncul, begitu lem-baga pendidikan yang rumit dan baru berkembang serta berbagai jenis komu-nitas baru tampil. Kalangan sarjana politik membahas serangkaian hal-hal yang menghambat dalam modernisasi tetapi memusatkan perhatian terutama pada masalah “pembinaan negara dan pemerintahan“ begitu modernisasi berlang-sung.

Menurut Smelser dalam Suwarsono (2006) mengatakan bahwa Modernisasi selalu melibatkan differensiasi struktural. Ini terjadi karena dengan proses mo-dernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan satu fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Setelah adanya differensiasi struktural, pelaksanaan fungsi akan dapat dijalankan secara lebih efisien.

Menurut Tjondronegoro dalam Sayogyo (1985) mengelompokkan tiga pengertian modernisasi yaitu a). Modernisasi diartikan sebagai westernisasi b). Pembangunan disamakan dengan modernisasi c). Pembangunan adalah peru-bahan susunan dan pola masyarakat.

Menurut Coleman dalam Suwarsono (2006) mengatakan bahwa Modernisasi harus dilihat sebagai pembangunan politik yang berkeadilan.

Menurut Koentjaraningrat (2002) mengatakan bahwa Modernisasi adalah usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang. Untuk orang Indonesia hal ini berarti merubah berbagai sifat dalam mentalitasnya yang tak cocok dengan kehidupan zaman sekarang.

Menurut Rostow dalam Suwarsono (2006) mengatakan bahwa Modernisasi menyangkut pertumbuhan ekonomi, yaitu mulai dari tahap masyarakat tradisional dan berakhir pada tahap masyarakat dengan konsumsi masa tinggi.

Menurut H.Lauer, Robert (1993) Modernisasi bagi negara terbelakang ini lebih bertujuan untuk mengejar pemenuhan kebutuhan pokok dan kemer-dekaan ketimbang Amerikanisasi atau Westernisasi, modernisasi merupakan proses bertahap, yang jelas baik modernisasi maupun industrialisasi menyang-kut unsur penting pertumbuhan ekonomi.

MODERNISASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Menurut Jahi, Amri (1988) menyebutkan bahwa teori pembangunan yang sejak akhir dasawarsa 1940 dianggap dominan ialah teori modernisasi. Teori ini menyatakan bahwa pembangunan terdiri atas beberapa tahap yang berurutan, yang satu tahap mengarah kepada tahap berikutnya yang lebih tinggi. Evolusi perkembangan ekonomi dilihat sebagai sebuah pesawat udara yang akan terbang. Dalam sebuah bukunya yang terkenal, Rostow (1960) menguraikan bahwa pada suatu tahap yang lebih lanjut, pembangunan akan mengikuti suatu proses yang disebutnya sebagai tinggal landas (take-off). Dalam hubungan ini untuk mencapai tahap industrialisasi seperti yang ada di Barat, sebuah Negara yang sedang berkembang harus melalui beberapa tahap pembangunan dalam suatu kurun waktu tertentu.

Menurut H.Lauer, Robert (1993) mengatakan bahwa kita akan mengacu pada industrialisasi sebagai pertumbuhan ekonomi yang terjadi melalui penerapan tehnologi terhadap perkembangan industri, dan mengacu pada modernisasi sebagai proses umum yang menyangkut pertumbuhan ekonomi bersama-sama dengan perkembangan sosial dan kebudayaan.

Sejumlah ahli telah berupaya menetapkan tingkat-tingkat perkembangan ekonomi dan industri. Rostow (1960) dalam Arsyad (2004) menetapkan 5 tingkat pertumbuhan ekonomi. Masing-masing adalah :

    Masyarakat Tradisional
    Tahap Prasyarat tinggal landas
    Tahap Tinggal landas
    Tahap menuju kedewasaan; dan
    Tahap konsumsi tinggi

Sebagai garis umum perkembangan ekonomi yang berkaitan erat dengan industrialisasi, tingkat-tingkat pertumbuhan yang dikemukakan Rostow dapat diterapkan pada sejumlah Negara, meskipun tidak seluruhnya. Industrialisasi bukanlah pola perubahan ekonomi dan teknologi semata, tetapi juga meru-pakan pola perubahan sosial dan kultural.

MODERNISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL
Menurut Bendix dalam Lauer (1993) bahwa Modernisasi sebagai seluruh perubahan sosial dan politik yang menyertai industrialisasi di kebanyakan Negara yang menganut peradaban Barat.

Lerner (1958) dalam Jahi (1988) menyatakan bahwa cara masyarakat tradisional di Asia Barat menerima cara hidup Barat secara bertahap. Ia melihat empati atau kemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan dirinya dengan dengan situasi orang lain dan tingkat penggunaan media massa yang tinggi sebagai karakteristik individu yang modern. Di samping itu Lerner juga me-nunjukan adanya “peningkatan harapan” sebagai akibat dari pengaruh tekanan media massa pada sifat-sifat kemoderenan.

Modernisasi mengacu pada perkembangan sosial dan kebudayaan yang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi itu bertahap, meliputi periode yang sangat panjang. Inovasi tidak hanya membu-tuhkan teknologi ekonomi tetapi juga teknologi sosial. Proses perubahan ini ber-kaitan erat dengan individu kreatif.

Menurut Hagen dalam Lauer (1993) bahwa pertumbuhan ekonomi takkan terjadi tanpa perkembangan kreativitas dalam kepribadian : “… perubahan sosial takkan terjadi tanpa perubahan dalm kepribadian. Selanjutnya dikata-kan bahwa kepribadian tersebut dilihat dari sudut kebutuhan, nilai-nilai, dan unsur-unsur kognitif pandangan duniawi, bersama-sama dengan tingkat in-telejensia dan energi. Kebutuhan yang menjadi satu dimensi penting dari kepribadian dapat digolongkan menurut apakah kebutuhan itu digerakkan, agresif, pasif, atau dipelihara. Kebutuhan yang digerakkan termasuk kebutuhan untuk berprestasi, untuk mencapai otonomi dan untuk memelihara tatanan. Sehingga sangatlah berperanan kreativitas kepribadian individu dan berbagai faktor psikologis yang terlihat dalam perubahan sosial untuk mendukung per-tumbuhan ekonomi.

Dalam nada yang serupa McClelland (1961) dalam Jahi (1988) menunjukkan bahwa individu-individu modern memiliki suatu “orientasi kemajuan” yang dinyatakan dalam skor “ach”. Selanjutnya McClelland dalam Lauer (1993) mengatakan bahwa semangat kewiraswastaanlah yang mendorong perkem-bangan ekonomi. Tesis dasar McClelland adalah bahwa masyarakat yang tinggi tingkat kebutuhan untuk berprestasinya, umumnya akan menghasilkan wira-swastawan yang lebih bersemangat dan selanjutnya menghasilkan perkem-bangan ekonomi yang lebih cepat. Kebutuhan untuk berprestasi dilambangkan dengan “n achievement”.

Jika motivasi untuk berprestasi tinggi dapat menerangkan pertumbuhan ekonomi, maka motivasi untuk berprestasi yang rendah dapat menerangkan kelambatan pertumbuhan ekonomi. Contohnya : mengapa Brazilia tidak mam-pu mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi, yang diperlukan untuk me-menuhi kebutuhan penduduknya yang terus membengkak itu? padahal sumber alamnya, jelas cukup tersedia. Menurut Rosen adalah karena tingkat motivasi untuk berprestasi dan sejenis nilai-nilai prestasi yang dimiliki orang Brazilia tak memadai untuk melaksanakan tugas. Jika dibandingkan dengan orang Amerika, orang Brazilia memperlihatkan tingkat motivasi berprestasi yang lebih rendah, nilai mengenai aktivismenya lebih rendah, kurang berorientasi masa depan dan penilaian atas sesuatu seperti pekerjaan dan mobilitas pisik pun lebih rendah.

Menurut Inkeles dan Smith dalam Lauer (1993) menyatakan bahwa peru-bahan sikap dan nilai-nilai adalah salah satu syarat terpenting untuk ber-fungsinya secara substansial dan efektif institusi modern bangsa. Kualitas k-pribadian seperti itu mungkin berasal dari partisipasi mereka dalam cara produksi modern seperti di pabrik, sehingga pekerja pabrik bekerja secara efektif dan efisien. Ciri-ciri modern berhubungan erat dengan pendidikan, keterbukaan terhadap media massa dan pengalaman kerja.

Peaslee dalam Lauer (1993) menyatakan bahwa perubahan sosial diperlukan untuk tercapainya modernisasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa tiga hubung-an utama antara pendidikan dasar dan pertumbuhan ekonomi. Pertama, pendi-dikan dasar dan pertumbuhan ekonomi. Pertama, pendidikan membantu meng-hancurkan cara pandang tradisional terhadap produksi dan distribusi barang-barang. Pendidikan memberikan pandangan yang lebih luas, termasuk penge-tahuan tentang pendekatan rasional dan pengetahuan tentang ekonomi. Kedua pendidikan menyediakan masyarakat segolongan orang yang akan menunjukan cara-cara menyelenggarakan perekonomian, segolongan orang yang tidak lagi berkomunikasi atas dasar pola tradisional dari mulut ke mulut. Ketiga, syarat keuangan sistem pendidikan itu sendiri merangsang pertumbuhan ekonomi.

Dari pendapat beberapa paka tersebut menunjukkan bahwa modernisasi di-dukung oleh perubahan sosial masyarakat dalam arti kreativitas kepribadian setiap orang disertai perubahan sikap, perilaku dan nilai-nilai untuk lebih maju. Di samping itu mayarakat seharusnya mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi untuk tercapainya modernisasi. Pendidikan dasar, tingkat pengetahuan masyarakat sangat berperanan terhadap pertumbuhan ekonomi.

SYARAT MODERNISASI
Syarat apa yang diperlukan untuk terjadinya modernisasi ? berdasarkan daf-tar ciri-ciri kemodernan yang dikemukakan diatas, yang mengacu padas faktor ekonomi, sosial dan psikologi-sosial dapat dikemukakan sebagai berikut :

Menurut Lauer (1993) menyebutkan : beberapa ahli berpendapat bahwa nilai-nilai, perilaku dan sikap, motivasi harus dirubah dahulu untuk dapat ber-langsungnya modernisasi. Modernisasi mencakup industrialisasi, sehingga per-tumbuhan ekonomi yang berkelanjutan menurut Rostow, memerlukan tiga syarat : Pembangunan modal sosial tambahan, terutama di bidang transportasi. Pembangunan modal sosial tambahan ini selain penting untuk menciptakan pasar dalam negeri dan untuk memungkinkan pengolahan sumber alam secara produktif, juga untuk memungkinkan terselenggaranya suatu pemerintahan nasional yang efektif dan berwibawa.

Revolusi tehnologi di bidang pertanian.
Perluasan impor yang dibiayai dengan meningkatkan efisiensi produksi dan pemasaran sumber alam yang berlebih, bila mungkin impor modal.Faktor lain, sama pentingnya meskipun para ahli agak lebih sependapat mengenai jenis-jenis faktor non ekonomi yang diperlukan bagi pembangunan. Rostow menge-mukakan peningkatan “cakrawala harapan” di kalangan massa rakyat dan faktor politik sebagai syarat non-ekonomi yang penting bagi modernisasi. Jadi ia telah menyinggung dua kategori factor non ekonomi yakni faktor struktural dan psikologi-sosial.

KOMITMEN TERHADAP MODERNISASI
Menurut Lauer (1993) ada empat alasan mengapa komitmen terhadap modernisasi sukar dicapai :

Rakyat dituntut meninggalkan cara-cara lama, terutama pola hubungan lama, mereka harus meninggalkan hubungan kekeluargaan tradisional dan tanggung jawab kekeluargaan tradisional. Setiap perubahan yang dapat meng-ancam hubungan antar pribadi lama, mungkin akan di tentang.

Karena rakyat biasanya dituntut mengorbankan kepentingan pribadi demi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi bangsa. Dengan kata lain, komitmen mereka mungkin lebih tertuju bagi kepentingan diri sendiri daripada memi-kirkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Menurut istilah ekonomi kebu-tuhan terhadap barang dan jasa berlawanan dengan kebutuhan terhadap aku-mulasi modal dan pertumbuhan.

Rakyat di tuntut mengerjakan tugas-tugas yang menimbulkan ketegangan psikis. Industrialisasi memerlukan individu mengerjakan pekerjaan yang me-nuntut pengorbanan psikis sangat besar.

Karena pemimpin yang menuntut rakyatnya berkorban itu kurang menun-jukkan tanda-tanda berkorban. Sementara menuntut rakyat hidup prihatin, mereka hidup mewah. Bila edit modern ingin segera mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi, apalagi rakyat kecil yang tak sabar menunggu hingga ke masa datang yang tak dapat mereka tentukan.

Telah dikemukakan, berbagai nilai dan sikap penting untuk mencapai modernisasi, tetapi sebagian besar nilai dan sikap ini berkaitan dengan masalah komitmen. Penerimaan ideology nasional, keinginan untuk menjadi lebih mobil, menyetujui norma-norma rasional sekuler pada hakekatnya berkaitan dengan komitmen terhadap modernisasi.

PERANAN KOMUNIKASI DALAM MODERNISASI
Menurut McClelland dalam Nasution, Zulkarimen (1992) analisa yang paling orisinal dan provokatif adalah komentarnya yang berhubungan langsung dengan masalah komunikasi, yakni perihal pentingnya opini pablik bagi pemba-ngunan.Dalam pembangunan ekonomi, kekuatan yang merangkum masyarakat adalah bergerak dari tradisi yang melembaga, ke opini publik yang dapat mengakomodir perubahan, dan hubungan interpersonal yang spesifik serta fungsional.

Inkeles dan Smith dalam Jahi, Amri (1988) berpendapat bahwa komunikasi massa, pendidikan massa, dan industrialisasi merupakan beberapa cara sosialisasi yang paling penting.Menurut lerner (1958), Pye (1963), Schramm (1964) dalam Jahi, Amri (1988) mengatakan bahwa komunikasi pembangunan juga menggunakan “tetesan ke bawah”. Menurut model ini, informasi dan pengaruh mengalir dalam satu arah, dari pengirim ke penerima. Sifat ini menyebabkan pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan dari “atas ke bawah” , “pipa” , atau “pusat dan daerah” (Fett dan Schneider,1973; Galtung , 1971; Thiesenhusen, 1978) dalam Jahi, Amri (1988).

Dari berbagai ulasan yang dikemukakan, terdapat beberapa peran komu-nikasi dalam modernisasi, yakni :

Komunikasi persuasif akan mempengaruhi perubahan nilai-nilai, sikap men-tal, perilaku, kepribadian yang kreatif, motifasi untuk berprestasi yang sangat mendukung terwujudnya modernisasi. Komunikasi persuasif akan mempe-ngaruhi nilai budaya untuk berorientasi ke masa depan, sehingga setiap individu akan mempunyai motivasi untuk berkarya, berinovasi, bersikap hemat untuk menabung, disiplin, yang sangat berperan dalam modernisasi. Komu-nikasi persuasif akan mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proyek pembangunan maupun di luar proyek pembangunan. Misalnya : Proyek penghijauan, perbaikan jalan desa, perbaikan saluran air, dsb.

Komunikasi Interaktif dalam bidang pendidikan formal dan non formal sangat berperan dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk dapat ber-karya, disiplin, bertanggung-jawab, berprestasi dan berkualitas merupakan factor yang sangat penting dalam modernisasi. Demikian pula komunikasi in-teraktif dalam pengasuhan di rumah tangga sangat menentukan keberhasilan generasi penerus dalam melaksanakan program-program pembangunan mi-salnya : melalui bacaan ceritera anak-anak yang berorientasi “N Ach”, yang biasanya dibaca pada waktu di luar jam sekolah. Komunikasi Interaktif yang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat perdesaan sehingga pro-gram-program pembangunan akan bermanfaat pula bagi masyarakat per-desaan, tidak hanya bisa dinikmati oleh kalangan pembuat kebijakan.

Komunikasi melalui media massa sangat berperan dalam meningkatkan Ilmu pengetahuan dan tehnologi terhadap masyarakat untuk terwujudnya moder-nisasi. Komunikasi persuasif akan mempengaruhi para petani produsen untuk meningkatkan usaha taninya kearah agribisnis dan agrobisnis sehingga subtitusi impor meningkat, hal tersebut harus disertai pula kebijakan yang menguntungkan bagi petani sebagai perangsang untuk berproduksi, dengan demikian sangat mendukung modernisasi.

Peranan komunikasi tersebut di harapkan akan menimbulkan perubahan yang menguntungkan di berbagai bidang kehidupan : demografi, system stra-tifikasi, , pendidikan, system keluarga, nilai, sikap serta kepriba-dian yang sangat penting bagi proses modernisasi di Indonesia.

KIRITIK TERHADAP TEORI MODERNISASI
Kritik terhadap teori modernisasi menurut Jahi, Amri (1988) adalah bahwa asumsi-asumsi yang dianut oleh model “tetesan ke bawah” ialah sebagai berikut : (1) pembuatan keputusan terjadi pada tingkat individu, (2) kegagalan terjadi karena kegagalan individu, (3) keahlian identik dengan pendidikan formal dan kemampuan melakukan riset ilmiah, (4) komunikasi satu arah, (5) bias pro-inovasi, dan (6) pendefinisian pembangunan oleh badan-badan dalam system sumber. Penelitian tentang proyek-proyek pembangunan yang dilakukan belum lama ini menunjukkan bahwa : (1) studi tentang kondisi sosial dan structural dimana individu-individu bekerja perlu dilakukan, (2) nilai pengetahuan teknis asli setempat harus dihargai, (3) peranan partisipasi dan umpan balik sangat berguna untuk mencegah hasil yang tidak diharapkan dan negatif, dan (4) redefinisi pembangunan seharusnya dilakukan oleh khalayak yang dituju dalam system pemakai.

Nasution, Zulkarimein (1992) bahwa teori yang dikemukakan oleh Rostow tentang pertumbuhan ekonomi ini dinilai (1) bersifat etnosentrik; yaitu membantu menjadikan pengalaman negara Barat sebagai model yang harus disamai oleh negara-negara yang sedang berkembang dengan mengabaikan keunikan dalam hal latar-belakang historis, kultural, dan lain-lain yang terdapat di negara-negara sedang berkembang. (2) telah menempatkan suatu pandangan sejarah yang unilinear yang berkaitan dengan butir pertama di atas. Para kritisi berpendapat , bukan hanya satu melainkan banyak jalan menuju ke pemba-ngunan, dan jalan yang telah ditempuh oleh negara-negara industrial bukan satu-satunya jalan. (3) pendekatan ini berkonsentrasi hanya pada faktor-faktor endogen dalam pembangunan. Padahal menurut para kritisi, kita hidup dalam suatu dunia yang amat interdependen. Dengan demikian masalah yang di-hadapi oleh negara-negara di Dunia ketiga hanya dapat difahami sepenuhnya dengan melihat baik faktor-faktor endogen maupun eksogen. Bahkan sebagian besar dari faktor endogen itu, dalam pendapat para kritisi, merupakan kon-sekuensi dari faktor-faktor eksogen tadi. (4) pendekatan ini memberi tekanan yang amat besar pada individual dan menimpakan kesalahan pada pundak mereka itu tanpa secukupnya turut mempertimbangkan factor struktur sosial dimana si individu tersebut bergabung. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa pendukung pendekatan ini seringkali menuduh bahwa para petani di negara berkembang merupakan orang-orang yang terlalu tradisional, konvensional, percaya pada hal-hal yang tidak rasional, fatalistik, dan tidak memiliki ke-trampilan kewiraswastaan serta tidak termotivasi oleh etos bekerja keras. Pada kritisi berpendapat tuduhan itu bukan saja salah tempat, tapi juga sama sekali telah mengabaikan kenyataan struktur sosial yang sebenarnya akan menje-laskan dengan lebih meyakinkan penyebab dari hal-hal yang dituduhkan tadi. (5) pendekatan ini telah menguntungkan lapisan yang lebih kaya dalam ma-syarakat, dengan mengorbankan kaum miskin. Pendekatan tersebut hanya berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi tetapi tidak dipikirkan masalah pemerataan pembagunan. Pendekatan ini tampaknya membela strategi dari atas-ke-bawah, dan akibatnya sebagian besar masyarakat tidak dilibatkan da-lam proses pembuatan keputusan.Demikian kritik terhadap teori modernisasi yang dikemukakan oleh beberapa pakar.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.

Jahi, Amri. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga. PT Gramedia, Jakarta.

Koentjaranigrat.2002 Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Lauer, Robert H, 1993. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Rineka Cipta, Jakarta.

Nasution, Zulkarimein. 1992. Komunikasi Pembangunan : Pengenalan Teori dan Penerapannya. CV Rajawali, Jakarta.

Sayogyo, Pudjiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. FPS IKIP bekerjasama dengan BKKBN, Jakarta.

Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial. PT.Tiara Wacana. Yogyakarta.

Suwarsono dan Alvin Y. So. 2006. Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia. LP3ES, Jakarta.

Sunarto, Kamanto.2004. Pengantar Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Weiner,Myron. 1986. Modernisasi dinamika Pertumbuhan. Gadjah Mada Uni-versity Press, Yogyakarta.

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top